Review Film: Ikigami: The Ultimate Limit

Rating Film: 7.8/10
Jumlah Penilai: 758 pengguna
Jumlah Penonton: 1,713
Jumlah Ulasan: 4 ulasan

Sinopsis

“Ikigami: The Ultimate Limit” adalah film Jepang yang dirilis pada 27 September 2008. Film ini disutradarai oleh Takimoto Tomoyuki dan ditulis oleh Yatsu Hiroyuki serta Sasaki Akimitsu. Berlatar di sebuah tempat yang mirip dengan Jepang namun dalam suasana distopian, film ini mengisahkan tentang sebuah sistem sosial yang kontroversial dan menegangkan.

Di dalam film ini, sebuah undang-undang yang dikenal sebagai Special Law for the Maintenance of National Prosperity diterapkan. Undang-undang ini secara acak memilih warga untuk dieksekusi dalam waktu 24 jam setelah menerima surat dari Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan yang disebut ikigami. Surat ini memberi tahu bahwa penerima akan mati dalam waktu singkat dan memberikan mereka 24 jam untuk melakukan apa pun yang mereka inginkan sebelum kematian mereka.

Baca Juga : Resume Jurnal : Produksi Akuakultur dan Dampak Nutrifikasi Perairan Danau Tondano

Kengo Fujimoto, karakter utama yang diperankan oleh Matsuda Shota, adalah pegawai Kementerian yang tugasnya adalah menyampaikan surat ikigami ini. Film ini mengeksplorasi bagaimana individu menghadapi berita kematian mereka yang mendekat dan bagaimana hal ini mempengaruhi pandangan mereka terhadap kehidupan dan hubungan mereka dengan orang-orang di sekitar mereka.

Alur Cerita

Film ini dibagi menjadi beberapa segmen yang mengikuti berbagai karakter yang menerima ikigami. Setiap segmen menunjukkan bagaimana orang-orang ini menghadapi kenyataan bahwa hidup mereka akan segera berakhir. Respon mereka terhadap situasi ini bervariasi, mulai dari kemarahan dan penolakan hingga refleksi mendalam dan penerimaan.

“Ikigami” lebih dari sekadar cerita tentang kematian. Ini adalah sebuah komentar sosial tentang nilai kehidupan dan tekanan untuk menjadi anggota masyarakat yang produktif. Sistem ini dibuat untuk memotivasi orang agar lebih menghargai hidup dan bekerja lebih keras, tetapi juga menciptakan ketidakadilan dan penderitaan yang mendalam.

Kualitas Film

1. Cerita dan Tema
Film ini menawarkan cerita yang kuat dan menggugah pikiran. Temanya mengingatkan pada karya-karya dystopian seperti “1984” dan “The Hunger Games,” di mana masyarakat dikendalikan melalui metode ekstrem. Pesan utama film ini adalah refleksi tentang nilai kehidupan dan bagaimana kita menghargai waktu kita. Film ini merenungkan dampak psikologis dari mengetahui bahwa hidup kita memiliki batas waktu yang pasti.

2. Akting
Penampilan aktor utama, Matsuda Shota sebagai Kengo Fujimoto, sangat mengesankan. Shota mampu menggambarkan emosi yang kompleks dan intens dengan sangat baik. Karakter lain seperti Tanabe Tsubasa dan Yamada Takayuki juga memberikan penampilan yang kuat, membuat setiap segmen cerita terasa mendalam dan menyentuh.

3. Sinematografi
Visual film ini didominasi oleh palet warna gelap dan pencahayaan yang suram, yang sesuai dengan tema film yang gelap dan melankolis. Set dan kostum dirancang untuk menambah suasana distopian, dengan latar belakang yang seringkali monoton dan menciptakan rasa tertekan.

4. Musik dan Suara
Musik dalam film ini mendukung suasana keseluruhan dengan baik. Meskipun tidak terlalu menonjol, skor musik berfungsi untuk memperkuat emosi yang ditampilkan di layar. Efek suara dan desain suara juga berkontribusi pada atmosfer yang menegangkan dan mengharukan.

Kesimpulan

“Ikigami: The Ultimate Limit” adalah film yang tidak hanya menarik dari segi cerita, tetapi juga menawarkan refleksi mendalam tentang kehidupan dan kematian. Ini adalah pengalaman menonton yang intens dan memprovokasi pemikiran, cocok bagi mereka yang menikmati cerita-cerita dengan tema sosial dan psikologis yang kuat.

Film ini mungkin tidak untuk semua orang, terutama bagi mereka yang tidak menyukai tema-tema gelap dan distopian. Namun, bagi penonton yang mencari sesuatu yang berbeda dan menantang, “Ikigami” adalah pilihan yang sangat layak. Penampilan yang kuat, tema yang mendalam, dan sinematografi yang atmosferik membuat film ini menjadi karya yang patut diperhatikan.

Penulis : Risma Safitri Source : Review Film: Ikigami: The Ultimate Limit (2008)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *